ftcms_ac16124b-78b2-4990-a7d2-9007da01e7ad

Tiongkok Memimpin Dunia dalam Keuangan Hijau: Apa Artinya bagi Indonesia?

Tiongkok kembali mencuri perhatian dunia dengan langkah agresifnya dalam mendukung pembiayaan berkelanjutan. Sepanjang 2025, negara tersebut mencatat penerbitan obligasi hijau (green bonds) senilai lebih dari US$70,3 miliar, menjadikannya pemimpin global, melampaui Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Menurut laporan Climate Bonds Initiative, sekitar 40% dari total pembiayaan itu dialokasikan untuk proyek energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, serta pengelolaan limbah berkelanjutan. Tren ini menandai transformasi besar dalam strategi pertumbuhan Tiongkok, yang kini menempatkan keberlanjutan sebagai fondasi pembangunan ekonomi jangka panjang dan percepatan menuju target net-zero emission.

Perkembangan ini sekaligus menegaskan pergeseran besar dalam orientasi investasi global: modal internasional kini semakin mengalir ke proyek-proyek hijau yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga memiliki dampak lingkungan signifikan.


Peluang dan Relevansi bagi Indonesia dan Bali

Sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam dan pusat pariwisata bertaraf internasional, Indonesia, terutama Bali, memiliki potensi besar memanfaatkan tren global keuangan hijau (green finance). Beberapa sektor strategis yang dapat terintegrasi dengan investasi hijau antara lain:

1. Agribisnis Berkelanjutan

  • Pemanfaatan energi surya di lahan pertanian

  • Pengolahan limbah organik berbasis teknologi

  • Praktik pertanian presisi untuk menekan emisi karbon

2. Hospitality Ramah Lingkungan

  • Penggunaan arsitektur hemat energi pada resort dan vila

  • Penerapan sistem daur ulang air dan manajemen limbah modern

  • Pengembangan program eco-tourism berstandar global

Sektor ini sangat relevan untuk Bali mengingat meningkatnya preferensi wisatawan terhadap destinasi yang menjaga keberlanjutan lingkungan.

3. Keuangan Berbasis ESG dan UMKM Hijau

Lembaga keuangan lokal dapat menyalurkan modal ke:

  • UMKM ramah lingkungan

  • proyek energi terbarukan skala kecil

  • bisnis kreatif yang mengurangi jejak karbon

Akses pembiayaan hijau menjadi peluang besar bagi bisnis lokal untuk berkembang lebih cepat.


Strategi Dunia Usaha Indonesia Menyambut Tren Keuangan Hijau

Untuk mampu menarik investasi berkelanjutan dari pasar global, pelaku usaha Indonesia dapat menjalankan beberapa langkah strategis berikut:

1. Menyusun Roadmap Keuangan Hijau

Perusahaan perlu melakukan pemetaan aset dan aktivitas yang sesuai kategori green projects, seperti:

  • efisiensi energi

  • pengurangan penggunaan bahan bakar fosil

  • pengelolaan limbah terintegrasi

Roadmap ini menjadi dasar bagi perusahaan untuk mengajukan pembiayaan hijau.

2. Mengoptimalkan Skema Pendanaan Hijau

Banyak skema pendanaan karbon rendah kini tersedia melalui:

  • Asian Development Bank (ADB)

  • International Finance Corporation (IFC)

  • Climate Bonds Initiative

  • Program Green Sukuk Indonesia

Skema pendanaan ini biasanya menawarkan bunga kompetitif dan persyaratan yang mendukung transformasi bisnis hijau.

3. Meningkatkan Pelaporan ESG

Investor global membutuhkan transparansi. Oleh karena itu perusahaan perlu:

  • menyusun laporan keberlanjutan (sustainability report)

  • mengukur dampak lingkungan secara kuantitatif

  • mengadopsi standar internasional seperti GRI, SASB, dan TCFD

Langkah ini menjadi kunci dalam membangun kredibilitas dan kepercayaan.


Dampak Jangka Panjang: Bisnis Lebih Adaptif dan Bernilai

Transformasi menuju ekonomi hijau menawarkan sejumlah manfaat jangka panjang, antara lain:

1. Akses Modal Lebih Terjangkau

Obligasi hijau, pinjaman berlabel ESG, dan skema insentif pemerintah memberikan biaya pendanaan lebih rendah dibanding pendanaan tradisional.

2. Reputasi Lebih Kuat

Keberlanjutan semakin menjadi faktor utama dalam pemilihan destinasi wisata maupun produk pertanian. Komitmen hijau memperkuat daya saing.

3. Ketahanan Bisnis Terhadap Perubahan Regulasi dan Iklim

Bisnis berkelanjutan cenderung lebih adaptif terhadap perubahan regulasi, volatilitas energi, serta risiko iklim.


Kesimpulan: Indonesia dan Bali Siap Menjadi Pusat Green Finance di Asia Tenggara

Dengan kekayaan alam, pertumbuhan pariwisata, dan minat investor terhadap proyek berkelanjutan, Indonesia memiliki peluang besar menjadi pusat ekonomi hijau kawasan. Bali, dengan reputasinya sebagai destinasi internasional, bahkan berpotensi menjadi laboratorium pembangunan berkelanjutan yang menghubungkan bisnis lokal dengan pasar keuangan hijau global.

Di era ekonomi hijau, kesuksesan bukan hanya ditentukan oleh profit, tetapi juga oleh kontribusi terhadap lingkungan dan masa depan yang berkelanjutan.

Comments are closed.